instagram @nurpalahdee |
“Hai, Broo..!” Teriak seorang
pria kepada Baim yang tengah duduk di Bar dengan sebotol wine penuh, beberapa
botol wine kosong, dan gelas yang tinggal berisi es sebab minumannya telah
ditenggak habis dalam satu tegukan olehnya. Pria itu menghampiri Baim dengan
menggandeng seorang wanita tinggi langsing bak modelling. Lalu, duduklah dirinya
di sebelah Baim diikuti wanita itu. Namun, Baim tak sedikit pun memberikan
perhatiannya kepada mereka sepertinya luka hati dan perasaan bersalahnya tengah
memuncak hingga membuat pikirannya kalut, tak ingin merespon siapa pun.
“Hey, lo kenapa Bro sepertinya
lagi ada masalah berat?” Tanyanya kepada Baim sambil berteriak sebab ruangan
itu terlalu gaduh oleh suara musik yang dimainkan DJ. Baim pun tetap tak
bergeming, diam, acuh tak acuh, dan melanjutkan menenggak segelas wine di
depannya. Namun, sebelum sempat gelas itu mendarat di bibirnya, tiba – tiba gelas
itu diambil paksa.
“Apa – apaan sih lo, Lex??!” Kata
Baim dengan nada geram karena naik pitam.
“Lo yang apa – apaan. Liat udah
berapa botol yang udah lo abisin! Lo mau mati?!” Bentak Alex dengan kesal
kepada Baim. Namun, belum sempat Ia melanjutkan, secepat kilat sebuah bogem
mentah mendarat di pipi kirinya membuat dirinya sempoyongan, hampir jatuh tapi
wanita tadi secara refleks menahannya. Suasana Bar pun menjadi gaduh. Namun,
Baim tak menghiraukannya.
“Diem lo! Ga usah ikut campur
urusan gue!” Bentak Baim balik. Lalu, Ia pergi, menghilang dari hadapan Alex
dan orang – orang yang merasa terganggu akan kejadian itu. Melihat tingkah kawannya
itu, Alex hanya menggeleng – gelengkan kepala. Alex hampir tak percaya jika manusia
yang menyerangnya tadi adalah Baim yang selama ini dia kenal. Mereka berdua
sudah bersahabat sejak menjadi siswa Sekolah Menengah Atas sekitar delapan
belas tahun yang lalu.
“Siapa sih?” Tanya seorang wanita
yang sedari tadi bersama Alex.
“Orang gila.” Seloroh Alex yang
masih sedikit kesal.
“Lo pulang sendiri ya malam ini.
Gue ada urusan. Bye my lady..!” Pamit Alex ke wanita itu. Belum sempat wanita
itu protes, Alex berlalu dan menghilang dari pandangannya bagai kilat. Sementara
itu, Di luar Bar, Baim tengah menggerutu sendiri di dalam mobilnya.
“Brengsek!” Teriak Baim kesal dan
tak sengaja tangannya memukul klakson hingga berbunyi. Saat itu, Alex baru saja
keluar dari Bar. Mendengar bunyi klakson, Ia pun mengedarkan pandangannya dan
melihat mobil Baim masih bertengger di salah satu sudut parkiran. Alex pun
bergegas menuju tempat itu.
“Tok, tok, tok..!” Terlihat
tangan Alex mengetuk jendela pintu mobil Baim. Ketukan itu sontak membuat Baim
kaget tak menduga. Ia bingung mau bagaimana.
“Buka dong, Brooo…! Gue ga ada
tumpangan nih. Masa orang setampan gue harus naik taksi?” Pinta Alex memelas
sambil mengatupkan kedua telapak tangannya.
“Melihat tingkah sahabatnya itu, amarah
Baim sedikit mereda. Ia pun segera membuka pintu mobil yang terkunci dan
mempersilakan Alex untuk masuk.
“Thank you, darling..” Ucap Alex
mencairkan suasana.
“Darling, darling… Gila lo Lex.”
Sahut Baim.
“Lo yang gila sahabat sendiri ditonjok.
Kan atiiitt… Liat nih udah mulai bengkak.” Keluh Alex.
“Maapin gue ya Lex. Gue khilaf.” Pinta
Baim.
“Iya dimaapin tapi… Lo ganas juga
kalo lagi marah ya. Nama doang yang alim, Ibrahim,
tapi kelakuan lalim.” Komentar Alex.
“Udah deh, lo mau kena kepalan
tangan gue lagi?” Ancam Baim ke Alex sambil menunjukkan kepalan tangannya.
Kemudian, keduanya tertawa bersama.
“Pulang yuk, dah tengah malem.
Ngomong – ngomong lo kuat ga nyetir kan tadi minum segambreng. Kalo ga, biar
gue aja yang nyetir. Kita pulang ke rumah gue aja biar lo ga berantem lagi sama
Bokap lo kalo tau anaknya pulang dalam keadaan mabok.” Saran Alex. Lalu
keduanya bertukar tempat dan beranjak meninggalkan lokasi Bar. Namun, sepanjang
perjalanan pulang, tak sepatah kata pun dari kedua insan tersebut keluar. Alex
lebih memilih diam dan mulai menerima privasi sahabatnya tanpa menanyakan apa
pun.
***bersambung***
No comments:
Post a Comment