Di Cipadu (Dok. Ihsani Fashion) |
Ahad kemarin, saya bersama dua teman saya pergi ke Cipadu. Kalau ada
yang belum tahu tentang Cipadu, Cipadu adalah tempat kulakan bahan,
seperti Mayestik dan Pasar Tanah Abang. Di sana tiap-tiap kios menjual
bahan meteran mau pun kiloan.
Kami berangkat pagi-pagi dari
kontrakan di Daerah Bandara Mas menuju Cipadu. Sepanjang perjalanan
menuju ke sana, jalanan penuh dengan kendaraan tapi suasana masih
menyegarkan dan matahari belum terlalu terik. Kami berkendara motor
kurang lebih satu jam sampai ke Cipadu. Sesampainya di sana, banyak kios
yang masih tertutup tapi ada juga yang baru bersiap-siap untuk buka.
Sebelumnya, kami sudah memperhitungkan hal ini. Jadi, kami memarkirkan
motor di area masjid yang berada di sebelah kios-kios dan beristirahat
sejenak di sana sekalian shalat dhuha sambil menunggu.
Setelah
semua kios buka, kami bergegas menuju ke sana dan berkeliling mencari
bahan yang kami inginkan untuk membuat kerudung. Berkali-kali kami
memasuki kios mencari bahan yang kami maksud tapi rupanya memang tak
semudah membalikkan telapak tangan. Ternyata, begitu beraneka ragam
jenis bahan yang kami maksud. Ada yang halus tapi terlalu tipis, ada
yang tebal tapi kasar. Namun, setelah berjam-jam keliling, akhirnya
dapat juga. Kemudian kami menuju ke tempat neci untuk merapikan
pinggiran kerudungnya. Lalu, saat sudah selesai semua, kami kembali
menuju masjid karena beberapa menit lagi waktu shalat zuhur. Di sana,
sebelum masuk waktu zuhur, ternyata ada yang membaca Al Qur'an. Suaranya
enak sekali di dengar dan membuat suasana masjid menjadi sangat sejuk.
Kami mendengarkannya sambil bergantian mengambil air wudhu karena
belanjaan kami lumayan banyak.
Saat sedang menunggu giliran
mengambil air wudhu, tiba-tiba ada seseorang yang mendekat ke tempat di
mana saya sedang asik duduk sambil memainkan HP. Saya pikir, dia adalah
teman saya yang baru saja keluar ke tempat wudhu. Ternyata bukan. Dia
adalah seorang wanita tua yang tuna netra.
Kemudian, saya menuntun
wanita itu ke tempat shalat wanita dan bertanya kepadanya,"Ibu mau di
bagian depan atau belakang?"
"Di belakang aja neng, soalnya nanti susah keluarnya kalo di depan." Lalu saya menempatkannya di bagian agak belakang dan berpesan kepadanya jika mau keluar, bisa ambil ke arah kanan atau langsung ke belakang.
Setelah itu, saya kembali ke tempat
duduk saya sebelumnya untuk menunggu teman saya sambil berpikir sejenak
tentang wanita tua tuna netra tadi. Wanita tua itu semangat sekali ke
masjid dengan kondisinya untuk melaksanakan shalat berjamaah dan seperti
tidak kenal takut akan bahaya di sekitarnya yang dapat menimpanya. Di
depan masjid itu adalah jalan yang ramai di lalui kendaraan dan kondisi
siang itu sangat terik. Lalu saya mulai membandingkannya dengan diri
saya. Saya dikaruniai penglihatan tapi jarang ke masjid ikut shalat
berjamaah dan kadang juga masih suka ngaret sedikit saat melaksanakan
shalat jika ada pekerjaan yang harus diselesaikan.
"Ya Allah, semoga
Engkau menjadikan saya lebih baik lagi." doa saya dalam hati.
No comments:
Post a Comment