www.bankmuamalat.co.id |
“Rana, Ranaa.., Kiranaaa… ada telepon
dari Harits.” Teriak Umma Rana sambil berjalan menghampiri Rana yang tengah
duduk di sebuah Gazebo kecil. Gazebo itu terletak di taman belakang rumah. Umma
Rana melihat Rana tengah asik membaca sebuah buku. Ia seakan tenggelam bersama
buku itu sebab sudah beberapa kali dipanggil, Ia tetap tidak bergeming bahkan
tak menyadari bahwa Ummanya tengah berdiri di samping memperhatikannya. Hal itu
membuat Umma Rana gemas.
“Sayang, anak Umma yang cantik.”
Kata Umma Rana dengan lembut sambil menggerakkan tangannya mengambil sebuah
buku yang sedang Rana baca. Kemudian, Ia duduk di samping anak kesayangannya
itu. Tingkah Ummanya itu, membuat Rana kaget dan tersipu.
“Lhoo.. Umma kok gitu?” Ucap Rana
heran.
“Kenapa? Dari tadi lhooo… Umma
panggil Rana berkali – kali tapi ga ada respon. Umma dari tadi di sini juga Rana
ga sadar.” Jelas Umma Rana menjawab rasa heran anaknya.
“Afwan - maaf Ummaaa.. Rana kan pake
earphone tadi. Sembari baca buku, juga dengerin murottal dari Ipod biar seperti
pepatah yang berbunyi sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Hehe…” Rana menjelaskan dengan suara manjanya. Rana pun memperlihatkan
earphone yang sudah dilepasnya diikuti anggukan oleh Umma Rana yang berarti mengerti
dan maklum terhadap anaknya. Rana memakai kerudung dan cadar seperti dirinya.
Jadi, walau telinganya dipasang earphone takkan terlihat. Lalu, Rana memeluk
Ummanya sebagai ungkapan maaf.
“Ngomong – ngomong, ada apa ya
Umma?” Tanya Rana.
“Oh iya, hampir lupa. Rana sih sok
melankolis. Tadi ada yang telepon. Umma baca dari layar, Namanya Harits.” Kata
Umma menjelaskan seraya menyerahkan HP milik Rana yang dibawanya.
“Siapakah Harits? Perasaan selama
ini Rana ga pernah punya teman dekat seorang Ikhwan.” Selidik Umma Rana.
“Oooohhh… Harits itu Pimpinan Cabang Bank Muamalat di Kantor
Cabang Wolter Monginsidi, Umma. Dia baru sekitar satu bulan menggantikan Teh
Maya di sana. Teh Maya dipindahkan ke Yogyakarta dan jadi pimpinan di salah
satu cabang juga. Kabarnya, Teh Maya pernah mengajukan pindah karena suaminya
sudah lama tugas di Yogyakarta. Katanya, biar bisa kumpul bersama. Namun, baru
sebulan yang lalu disetujui.” Jelas Rana.
“Hmm… Kalo memang begitu, sini HP-nya
Umma pinjam. Biar Umma minta tolong Kak Rayyan telepon balik ke Harits. Anak gadis
Umma ga boleh sembarangan ngobrol sama Ikhwan bukan mahram walau hanya via HP. Umma
sama Abi pernah berpesan ke Rana. Inget kan?” Respon Umma Rana ketika mendengar
penjelasan Rana dan begitulah sikapnya dalam memproteksi anak perempuannya karena
rasa sayang dan tanggung jawabnya sebagai orang tua yang menerima amanah dari
Allah berupa anak. Umma Rana adalah sosok Ibu yang tegas tapi tidak keras. Dia
bersama suaminya selalu mengajarkan nilai – nilai Islam sebab tak menginginkan
anak – anaknya salah jalan.
“Rasulullah bersabda sebagaimana
diriwayatkan dalam Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim bahwa Janganlah ada di
antara kalian yang berkhalwat dengan seorang wanita kecuali dengan mahramnya.
Selain itu, dalam surat Al-Ahzab ayat 32, Allah berfirman yang artinya karena
itu janganlah kamu (isteri-isteri Rasul) tunduk (yakni melembutkan suara) dalam
berbicara sehingga orang yang dalam hatinya ada penyakit memiliki keinginan
buruk. Tetapi ucapkanlah perkataan yang baik.” Penjelasan tambahan Umma Rana mengingatkan
kembali nasehat yang pernah diberikannya dahulu.
“Maaf ya Nak, Umma tak bermaksud
mengekang dan tidak percaya. Ini semua untuk kebaikan Rana.” Jelas Umma Rana berasalan
yang diikuti anggukan oleh Rana tanda paham. Lalu keduanya berpelukan. Suasana
pun hening, hanya terdengar suara gemericik air mengalir dari sebuah pancuran
kecil di kolam ikan serta hembusan angin yang menambah kesejukan ketika melihat
keindahan akhlak mereka berdua.
No comments:
Post a Comment