Aquarium

Friday, 16 November 2018

TABUNGAN HAJI MEMBAWA BERKAH #1




www.bankmuamalat.co.id


“Rana, Ranaa.., Kiranaaa… ada telepon dari Harits.” Teriak Umma Rana sambil berjalan menghampiri Rana yang tengah duduk di sebuah Gazebo kecil. Gazebo itu terletak di taman belakang rumah. Umma Rana melihat Rana tengah asik membaca sebuah buku. Ia seakan tenggelam bersama buku itu sebab sudah beberapa kali dipanggil, Ia tetap tidak bergeming bahkan tak menyadari bahwa Ummanya tengah berdiri di samping memperhatikannya. Hal itu membuat Umma Rana gemas.

“Sayang, anak Umma yang cantik.” Kata Umma Rana dengan lembut sambil menggerakkan tangannya mengambil sebuah buku yang sedang Rana baca. Kemudian, Ia duduk di samping anak kesayangannya itu. Tingkah Ummanya itu, membuat Rana kaget dan tersipu.

“Lhoo.. Umma kok gitu?” Ucap Rana heran.

“Kenapa? Dari tadi lhooo… Umma panggil Rana berkali – kali tapi ga ada respon. Umma dari tadi di sini juga Rana ga sadar.” Jelas Umma Rana menjawab rasa heran anaknya.

“Afwan - maaf Ummaaa.. Rana kan pake earphone tadi. Sembari baca buku, juga dengerin murottal dari Ipod biar seperti pepatah yang berbunyi sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Hehe…” Rana menjelaskan dengan suara manjanya. Rana pun memperlihatkan earphone yang sudah dilepasnya diikuti anggukan oleh Umma Rana yang berarti mengerti dan maklum terhadap anaknya. Rana memakai kerudung dan cadar seperti dirinya. Jadi, walau telinganya dipasang earphone takkan terlihat. Lalu, Rana memeluk Ummanya sebagai ungkapan maaf.

“Ngomong – ngomong, ada apa ya Umma?” Tanya Rana.

“Oh iya, hampir lupa. Rana sih sok melankolis. Tadi ada yang telepon. Umma baca dari layar, Namanya Harits.” Kata Umma menjelaskan seraya menyerahkan HP milik Rana yang dibawanya.

“Siapakah Harits? Perasaan selama ini Rana ga pernah punya teman dekat seorang Ikhwan.” Selidik Umma Rana.

“Oooohhh…  Harits itu Pimpinan Cabang Bank Muamalat di Kantor Cabang Wolter Monginsidi, Umma. Dia baru sekitar satu bulan menggantikan Teh Maya di sana. Teh Maya dipindahkan ke Yogyakarta dan jadi pimpinan di salah satu cabang juga. Kabarnya, Teh Maya pernah mengajukan pindah karena suaminya sudah lama tugas di Yogyakarta. Katanya, biar bisa kumpul bersama. Namun, baru sebulan yang lalu disetujui.” Jelas Rana.

“Hmm… Kalo memang begitu, sini HP-nya Umma pinjam. Biar Umma minta tolong Kak Rayyan telepon balik ke Harits. Anak gadis Umma ga boleh sembarangan ngobrol sama Ikhwan bukan mahram walau hanya via HP. Umma sama Abi pernah berpesan ke Rana. Inget kan?” Respon Umma Rana ketika mendengar penjelasan Rana dan begitulah sikapnya dalam memproteksi anak perempuannya karena rasa sayang dan tanggung jawabnya sebagai orang tua yang menerima amanah dari Allah berupa anak. Umma Rana adalah sosok Ibu yang tegas tapi tidak keras. Dia bersama suaminya selalu mengajarkan nilai – nilai Islam sebab tak menginginkan anak – anaknya salah jalan.

“Rasulullah bersabda sebagaimana diriwayatkan dalam Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim bahwa Janganlah ada di antara kalian yang berkhalwat dengan seorang wanita kecuali dengan mahramnya. Selain itu, dalam surat Al-Ahzab ayat 32, Allah berfirman yang artinya karena itu janganlah kamu (isteri-isteri Rasul) tunduk (yakni melembutkan suara) dalam berbicara sehingga orang yang dalam hatinya ada penyakit memiliki keinginan buruk. Tetapi ucapkanlah perkataan yang baik.” Penjelasan tambahan Umma Rana mengingatkan kembali nasehat yang pernah diberikannya dahulu.


“Maaf ya Nak, Umma tak bermaksud mengekang dan tidak percaya. Ini semua untuk kebaikan Rana.” Jelas Umma Rana berasalan yang diikuti anggukan oleh Rana tanda paham. Lalu keduanya berpelukan. Suasana pun hening, hanya terdengar suara gemericik air mengalir dari sebuah pancuran kecil di kolam ikan serta hembusan angin yang menambah kesejukan ketika melihat keindahan akhlak mereka berdua.

Tuesday, 13 November 2018

KALA DAN KANA #1



Part #1 Cita – Cita


Foto Dok. Kaskus

“Kak, udah liat semua video di link yang kemarin belum?” tanya Kana kepada Kala yang tengah berbaring di tempat tidurnya, melepas lelah sejenak. Baru beberapa menit yang lalu, Kala kembali ke rumah dari Kampus barunya. Yah, Kala saat ini merupakan mahasiswa baru di Universitas Indonesia, Fakultas Ekonomi sedangkan Kala masih duduk di Kelas 10 SMA.

“Kak Kala denger ga sih??” tanya Kana lagi dengan nada sedikit kesal karena pertanyaannya yang awal tidak direspon oleh Kala. Kala sengaja belum merespon sebab masih merasa capek dan bagi Kala, Kana sudah seperti tukang kredit keliling yang selalu mengingatkan orang yang berhutang kepadanya. 

Sudah beberapa hari ini dia selalu cerewet, mengingatkan Kakaknya agar menonton video itu. Maklum saja, Kana sedang sangat bersemangat ingin belajar tentang wirausaha sebagaimana yang ada di video itu. Selain itu, Kana dan Kala berencana untuk merintis sebuah usaha sebagai sarana menyalurkan hobi masing – masing. Kala mempunyai hobi di bidang fashion dan pendidikan sedangkan Kana di bidang kuliner dan photography. Mereka berdua juga bercita – cita ingin seperti kedua orang tuanya, punya banyak bisnis di mana – mana dan dapat bermanfaat bagi orang banyak sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, at-Thabrani, ad-Daruqutni yang dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ Nomor 3289.

Karena berisik mendengar Kana ngedumel, akhirnya Kala mengalah dan buka suara. “Sudah doooong, Adek Kala yang imut kayak marmuuuut..” canda Kala kepada Kana. Kedua tangannya pun dengan reflek mencubit gemas pipi Kana.

“Iiihh.. sakit tau!!” seru Kana sambil menghempas kedua tangan Kala. Kemudian, diusap – usaplah bagian pipinya yang terasa sakit itu dengan kedua tangannya. Namun, Kana malah tertawa melihat tingkah adiknya.

“Makanya punya pipi jangan kayak tomat kan jadi gemes liatnya.” Canda Kala lagi kepada adiknya yang kemudian disusul bantal terbang ke arahnya. Lalu mereka berdua pun tertawa bersama.

Begitulah keseharian Kala dan Kana. Ada saja tingkah mereka berdua yang bikin gregetan jika melihatnya. Namun, mereka berdua menyayangi satu sama lain. Jika salah satu dari mereka tidak ada, yang satunya akan merasa kesepian lalu mencari – cari seperti anak ayam kehilangan induknya. Jadi, mereka tidak pernah jauh dan saling menjaga. Tak bisa terbayangkan betapa bahagianya orang tuanya memiliki mereka berdua.

***

MEMBAWA BEKAL


Blibli.com



Hari itu adalah hari Sabtu. Seperti sudah menjadi kegiatan rutinitas mingguan jika tiba akhir pekan, Rana bepergian keluar kota, ke Kota Tangerang dari Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Biasanya, Rana berangkat menggunakan Kereta Commuter Line dari Stasiun Cawang karena rute menuju stasiun dari kos lebih mudah alias tidak berputar – putar. Dari kos ke Stasiun Cawang, ia diantar oleh ojek online sampai di trotoar seberang pintu masuk dekat Alfa atau pintu bawah sebab ia lebih suka masuk ke stasiun itu lewat sana. Jika lewat pintu atas harus menuruni tangga yang lumayan banyak jumlah anak tangganya.

Bagi penumpang Commuter Line yang sudah sering bepergian ke arah Depok dan Nambo serta Bogor atau arah Jakarta Kota dan Jatinegara serta Angke via Stasiun Cawang, pasti sangat familiar dengan area stasiun sehingga tidak mengalami kesulitan memilih Jalur. Jalur yang tersedia di Stasiun Cawang hanya ada jalur satu dan dua. Jalur satu untuk Commuter Line arah Jakarta Kota dan Jatinegara serta Angke sedangkan jalur dua untuk arah Depok dan Nambo serta Bogor. Karena Rana sudah sangat familiar dengannya maka setelah tap e-money di gate, ia langsung menuju ke jalur satu untuk menunggu kereta dengan tujuan Angke atau Jatinegara supaya dapat transit di Stasiun Duri. Setelah sekitar tiga puluh menit berlalu, kereta pun tiba. Cukup lama memang waktu datangnya kereta saat weekend – akhir pekan, tak seperti hari kerja, senin sampai jumat.

Saat pintu kereta dibuka, dengan segera Rana masuk ke gerbong khusus wanita karena kereta berhenti tidak lama, hanya menurunkan dan menaikkan penumpang lalu berangkat. Penumpang yang turun pun sedikit. Di dalam kereta, ia berdiri sebab kereta penuh dengan penumpang. Ia berdiri sampai di stasiun tanah abang. Tanah Abang dengan pasarnya di kenal sebagai sentral grosir murah sampai se-asia. Jadi, Ia berpikir bisa saja setengah lebih penumpang tadi ingin berbelanja. Setelah banyak penumpang yang turun, ia berkesempatan untuk duduk sejenak. Beberapa menit berhenti di Stasiun Tanah Abang, kereta pun melaju menuju Stasiun Duri, di mana ia harus berganti kereta arah Kota Tangerang.

Tak lama, kereta pun sampai di Stasiun Duri. Rana bersama penumpang lain turun dan berlari menuju jalur lima saat melihat kereta sudah bertengger di sana. Di kereta arah Kota Tangerang itu, ia masuk dan duduk di gerbong pertama, gerbong wanita. Keretanya tak terlalu penuh sehingga semua penumpang di gerbong itu dapat tempat duduk semua. Sepanjang perjalanan, ia memainkan HP, membuka aplikasi paytren academy untuk belajar sebagaimana slogannya “belajar di mana saja kapan saja”. Namun, saat di tengah perjalanan, konsentrasinya terpecah oleh seorang wanita yang duduk tepat di depannya. Wanita tersebut belum terlalu tua, mungkin berusia sekitar lima puluh tahun. Rana diam – diam tertarik memperhatikannya. Wanita itu berpenampilan ala ABG, celana tiga perempat dan atasan jaket levis serta membawa dua tas. Gayanya begitu santai dan kasual. Ketika Rana memperhatikannya, Dia tengah asik menikmati bekal yang dibawa. Rupanya, bekal itu memang sengaja dia persiapkan dari rumah karena ada satu botol air putih, satu botol jus, dan satu buah pisang. Semua itu terlihat jelas waktu Dia menata satu tasnya yang berisi perbekalan.

Memperhatikan wanita itu, membuat Rana ikut lapar dan haus tapi Rana tidak membawa bekal seperti wanita itu. Kejadian itu membuat Rana teringat bahwa dulu saat bepergian, ia selalu membawa bekal sedangkan beberapa bulan akhir – akhir ini tidak karena malas. Namun, setelah melihat wanita itu, Rana jadi terinspirasi ingin mencoba kembali supaya bisa berhemat juga ingin menerapkan pola hidup sehat. Untuk itu, ia harus berjuang melawan rasa malas dan membangkitkan kembali rasa optimis serta semangat.

Sunday, 11 November 2018

BERDOALAH

di Aqsha Learning Center, Depok (Dok. Pribadi)

“Sebelum memulai kegiatan belajar menulis, mari kita membaca surat Al-Fatihah terlebih dahulu,” perintah Pak Arya, mentor belajar menulis yang diselenggarakan oleh Paytren Academy. Suasana yang semula hening, kini berubah menjadi riuh. Mereka serempak membacakan surat yang diperintahkan.

“Aaamiin…” ucap mereka secara bersamaan yang menandai bahwa pembacaan telah selesai dan disusul dengan membaca doa sebelum belajar. Pembacaan doa masih dipimpin oleh Pak Arya sebagaimana pada surat Al-Fatihah tadi.

“Aaamiin…” ucap mereka lagi untuk yang kedua kali.

“Pelajaran tentang surat Al-Fatihah ada pada ayat kelima yang artinya hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami memohon perlindungan.” terang Pak Arya saat mengawali kelas belajar menulis.

“Pelajaran tersebut berupa hikmah bahwa kita berhak meminta kepada Allah setelah kita melakukan suatu ibadah. Namun, ada orang yang merasa terlalu banyak dosa sehingga berprasangka bahwa dirinya tidak berhak meminta.” kata Pak Arya menambahkan.

Mendengarnya, salah seorang di antara peserta kelas merasa tertohok. Lalu, ia mengingat dan menghitung berapa kali menghakimi dirinya sendiri dengan perasaan tidak berhak meminta kepada Allah setelah ia melaksanakan suatu ibadah karena merasa telah melakukan banyak dosa.

“Tidak demikian. Berdoa itu termasuk suatu kewajiban. Bahkan, jika kita meninggalkannya atau tidak berdoa, kita dianggap sombong.” jelas Pak Arya.

Penjelasan bahwa berdoa itu termasuk suatu kewajiban, membuyarkan lamunannya. Konsentrasinya terpecah dan membuatnya tak sempat mencacat satu pokok penting tentang dasar hukum berdoa. Hal itu membuatnya resah karena penasaran sehingga ia berpikir untuk menggali informasinya lebih dalam lagi jika kegiatan belajar usai nanti.

Kegiatan belajar menulis saat itu berakhir tepat ketika azan zuhur berkumandang. Kelas belajarnya hanya sebuah kelas kecil dengan delapan orang peserta. Akan tetapi, saat kegiatan berlangsung sampai berakhir, peserta terlihat sangat antusias memperhatikan penjelasan demi penjelasan dari Pak Arya. Banyak pertanyaan juga yang dilontarkan oleh peserta. 

Setelah kegiatan ditutup dan shalat zuhur berjamaah selesai, masing-masing peserta meninggalkan lokasi. Namun, salah satu peserta masih tertinggal karena menunggu ojek online pesanannya tiba. Ia menunggu di depan sambil mengotak-atik HP-nya. Rupanya, ia sedang mencari dan menggali informasi lebih perihal kewajiban berdoa. 

Dalam pencarianya, Ia menemukan sebuah artikel dengan nama penulis Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc. Artikel tersebut dimuat oleh website muslim.or.id. Judul artikelnya adalah jangan malas untuk berdoa. Akan tetapi, belum sempat membacanya, ojek online yang telah dipesannya datang. Ia pun pergi berlalu meninggalkan lokasi itu menuju ke stasiun Pondok Cina dan mengurungkan niat untuk membaca artikel tadi untuk dibaca saat sudah di kereta.

SHOPPING KE CIPADU

Di Cipadu (Dok. Ihsani Fashion)

Ahad kemarin, saya bersama dua teman saya pergi ke Cipadu. Kalau ada yang belum tahu tentang Cipadu, Cipadu adalah tempat kulakan bahan, seperti Mayestik dan Pasar Tanah Abang. Di sana tiap-tiap kios menjual bahan meteran mau pun kiloan.

Kami berangkat pagi-pagi dari kontrakan di Daerah Bandara Mas menuju Cipadu. Sepanjang perjalanan menuju ke sana, jalanan penuh dengan kendaraan tapi suasana masih menyegarkan dan matahari belum terlalu terik. Kami berkendara motor kurang lebih satu jam sampai ke Cipadu. Sesampainya di sana, banyak kios yang masih tertutup tapi ada juga yang baru bersiap-siap untuk buka. Sebelumnya, kami sudah memperhitungkan hal ini. Jadi, kami memarkirkan motor di area masjid yang berada di sebelah kios-kios dan beristirahat sejenak di sana sekalian shalat dhuha sambil menunggu.

Setelah semua kios buka, kami bergegas menuju ke sana dan berkeliling mencari bahan yang kami inginkan untuk membuat kerudung. Berkali-kali kami memasuki kios mencari bahan yang kami maksud tapi rupanya memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Ternyata, begitu beraneka ragam jenis bahan yang kami maksud. Ada yang halus tapi terlalu tipis, ada yang tebal tapi kasar. Namun, setelah berjam-jam keliling, akhirnya dapat juga. Kemudian kami menuju ke tempat neci untuk merapikan pinggiran kerudungnya. Lalu, saat sudah selesai semua, kami kembali menuju masjid karena beberapa menit lagi waktu shalat zuhur. Di sana, sebelum masuk waktu zuhur, ternyata ada yang membaca Al Qur'an. Suaranya enak sekali di dengar dan membuat suasana masjid menjadi sangat sejuk. Kami mendengarkannya sambil bergantian mengambil air wudhu karena belanjaan kami lumayan banyak.

Saat sedang menunggu giliran mengambil air wudhu, tiba-tiba ada seseorang yang mendekat ke tempat di mana saya sedang asik duduk sambil memainkan HP. Saya pikir, dia adalah teman saya yang baru saja keluar ke tempat wudhu. Ternyata bukan. Dia adalah seorang wanita tua yang tuna netra. 

Kemudian, saya menuntun wanita itu ke tempat shalat wanita dan bertanya kepadanya,"Ibu mau di bagian depan atau belakang?"

"Di belakang aja neng, soalnya nanti susah keluarnya kalo di depan." Lalu saya menempatkannya di bagian agak belakang dan berpesan kepadanya jika mau keluar, bisa ambil ke arah kanan atau langsung ke belakang. 

Setelah itu, saya kembali ke tempat duduk saya sebelumnya untuk menunggu teman saya sambil berpikir sejenak tentang wanita tua tuna netra tadi. Wanita tua itu semangat sekali ke masjid dengan kondisinya untuk melaksanakan shalat berjamaah dan seperti tidak kenal takut akan bahaya di sekitarnya yang dapat menimpanya. Di depan masjid itu adalah jalan yang ramai di lalui kendaraan dan kondisi siang itu sangat terik. Lalu saya mulai membandingkannya dengan diri saya. Saya dikaruniai penglihatan tapi jarang ke masjid ikut shalat berjamaah dan kadang juga masih suka ngaret sedikit saat melaksanakan shalat jika ada pekerjaan yang harus diselesaikan. 

"Ya Allah, semoga Engkau menjadikan saya lebih baik lagi." doa saya dalam hati.

SAHABAT SESURGA

Foto Koleksi dari Griya Muslim Sahla

Saat Hani sedang sibuk membuat beberapa tulisan untuk disetorkan, tiba-tiba HP-nya berbunyi. Ia berhenti sebentar untuk memeriksa. Ternyata, sudah ada tiga belas chat belum dibaca di Grup Riyadhoh Cinta. Grup Riyadhoh Cinta adalah grup yang dibuat dengan tujuan untuk kegiatan ibadah rutin dengan beberapa sahabatnya.

"Zikir pagi dan petang tong khilaf, temans. Biar Allah jaga selalu." Postingan chat dari Rani.

"Aamiin insya Allah," jawab Ana.

"Sudah satu minggu mulai dari hari Senin Riyadhoh Cintanya pekan ini ya.. temans.." ketik Rani seakan meminta laporan aktivitas riyadhoh setiap personil grup.

"Hee.. Saya shalat tahajud masih bolong-bolong. Hari ini ga shalat dhuha. Kemarin, ga zikir petang. Hari ini ga zikir pagi." Hani menjelaskan ibadah apa yang tidak dilakukannya selama seminggu ini.
"Alhamdulillah," Timpal Rani.

"Qiyamnya bolong-bolong kaya zebra cross. Zikir alhamdulillah lancar. Baca qur'an masih bolong-bolong. Neng belum istiqomah setiap hari. Mau ngisi list tapi nama neng belum ada. Jadi, belum bisa ngisi deh. Hehe..." Giliran Ana melaporkan.

"Dhuha terlaksana dua hari libur, sabtu dan minggu. Alhamdulillah." Tambahnya menjelaskan karena sepengetahuan Hani dan Rani, di tempat kerja Ana susah mencari waktu senggang untuk melaksanakan shalat dhuha saat hari kerja.

"Alhamdulillah.. qiyamnya senin sampai rabu terisi hanya belum maksimal jumlah rakaatnya. Dan juga masih suka ngantuk, solusi ganti ringtone alarm "Yo Ayo versi Arab", sunah dhuha, qobliyah, badiyah, alhamdulillah. Zikir, alhamdulillah. Kamis sampai dengan sekarang, kedatangan tamu spesial." Jelas Rani dalam postingan laporan aktivitas riyadhoh cinta.

Begitulah persahabatan mereka. Persahabatan penuh cinta, kasih, dan sayang karena Lillah. Saling mengingatkan, saling memberismangat, satu dengan yang lain. Ada suatu hadist menjelaskan, "Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang sedap." (H.R. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

Selain itu, diterangkan juga dalam Al Qur'an surat Az-Zukhruf ayat 67 tentang persahabatan yang mana Allah berfirman, "Teman-teman akrab pada hari itu menjadi musuh bagi yang lain kecuali persahabatan karena ketakwaan."

So, persahabatan karena ketakwaan itu penting. Jika belum punya, usahakan untuk mencarinya sebab suatu saat nanti di akhirat, insya Allah, ia akan menolong kita.